Selamat datang di blog Fauzul Azhim! Blog ini sedang dalam perkembangan. Mohon kritikan dan saran. Terima kasih!

Kamis, 04 Agustus 2011

Gagasan di Belakang Kamus Besar Dunia

Penyusunan kamus merupakan proses yang panjang. Setiap tahap dalam proses itu merupakan kumulasi dari penelitian dan analisis bahasa serta kegunaan praktis kamus dari hasil proses sebelumnya. Setiap penerbitan kamus diarahkan kepada kecermatan pencatatan bahasa dan kesempurnaan penyusunan yang setinggi-tingginya; walaupun setiap terbitan tidak dapat dilepaskan dari “ideologi bahasa”, editor masing-masing menyesuaikan terbitannya dengan selera publik. Berikut ini diberikan beberapa contoh.
Samuel Johnson, Bapak Leksikografi Inggris, penyusun Dictionary of the English Language (1755), menyatakan bahwa fungsi kamus ialah memelihara kemurnian bahasa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noah Webster, Bapak Leksikografi Amerika, penyusun An American Dictionary of the English Language (1828). Kamus itu menurunkan beberapa generasi kamus yang memakai nama Webster di Amerika.
Ideologi bahasa yang normatif itu bertentangan dengan pendirian yang melandasi kamus-kamus modern, seperti A New English Dictionary on Historical Principles (1934), yang lebih terkenal sebagai Kamus Oxford, dan Webster’s Third New International Dictionary (1961) yang berusaha mencatat dan menafsirkan pemakaian bahasa secara cermat, tanpa mengemukakan mana yang betul dan mana yang salah
Tradisi perkamusan di Negara sudah maju memang dimulai dengan kamus baku dan kamus ekabahasa (monolingual); dari kamus sumber itulah diterbitkan kamus-kamus yang lebih terbatas, seperti Shorter Oxford Dictionary, Van Dale Handwoordenboek (dari Van Dale Grootwoordenboek der Nederlandse Taal), dan Petit Larousse (berdasarkan Grand Larousse). Berdasarkan kamus-kamus baku itu, disusunlah kamus-kamus dwibahasa (bilingual).

Disadur dari Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar